Ruang 33
Dee melangkah keluar ruangan dan mencari sumber suara. Dilihatnya sepanjang lorong yang sudah mulai temaram. Diliriknya jam tangan yang ia letakkan di sakunya. Pukul telah menunjukkan pukul 5 sore. Tanpa banyak basa-basi, Dee menyambar ponsel yang di atas meja dan langsung menuju ruangan di ujung lorong.
Mendadak suasana kembali sepi. Yang terdengar hanya suara aliran air dari keran di kamar mandi di ujung lorong disusul suara cekikikan yang tertahan dan kembali sepi. Sesampainya di ujung lorong, Dee segera menaiki anak tangga menuju lorong panjang di sebelah kanan, lorong yang berada di gedung lama.
Gedung lama adalah gedung kampus yang belum sempat diperbaiki selama proses pembaruan kampus 5 tahun belakangan. Gedung ini memiliki banyak ruangan yang dihubungkan dengan satu lorong besar berwarna krem pucat, karena baru diperbaiki untuk sementara sebelum nantinya digantikan gedung baru. Terdapat 27 ruangan yang berhadapan dengan satu ruang besar di ujung lorong.
Dibukanya satu persatu pintu di sepanjang lorong. Semua kosong. Yang tersisa hanya satu ruangan, yaitu ruangan paling besar di ujung lorong. Di atas pintu tergantung papan nama bertuliskan R33. Tampak bayangan siluet banyak orang di dalam ruangan dari pintu kaca buramnya.
"Eh, belum pada pulang?" Tanya Dee melihat beberapa juniornya ternyata masih sibuk latihan suara di ruangan itu. Tampak hampir sepuluh orang duduk dikursi membentuk lingkaran menoleh kearahnya. sebagian tersenyum sedangkan yang lain hanya melihat tak peduli.
"Iya kak, sebentar lagi. tanggung," jawab seorang yang berdiri ditengah. Dia adalah Egi, juniornya yang memang sung ketua klub paduan suara di departemennya.
"Oh, Gi, kakak pulang dulu atau bareng aja?" tanya Dee. Mereka berdua memang sering pulang bersama saat kampus mulai sepi. Egi hanya tersenyum seperti biasa, yang tandanya ia sedang merayu untuk ditunggu agar pulang bersama.
Dee kembali perpustakaan dan kembali membuka netbooknya. mengisi waktu untuk menunggu Egi sambil menghabiskan cemilan yang dibelinya siang tadi. Tak lama dari itu, Egi muncul di pintu langsung mendekati Dee dan mencomot cemilannya.
"Sendirian disini kak?" tanya Egi sambil melihat-lihat layar monitor netbook Dee yang sibuk loading. Dee hanya mengangguk tanpa menoleh dan menjawab, "Sudah selesai latihannya?"
"Hm? latihan apa?" tanya Egi tanpa nada.
"Lha, barusan latihan suara khan di aula?" jelas Dee menanyakan.
"Hmm?"
"Di R33," tutur Dee.
"Nggak, baru selesai kuliah kok," jawab Egi santai sambil terus mencomot makanan. "Jadwal latihan khan besok," lanjutnya. Dee mengerutkan dahi dan kemudian tersenyum. Ia yakin kalau Egi sedang mencoba menggodanya seperti biasa. Egi yang melihat reaksi Dee langsung duduk tegak.
"Beneran kak, baru selesai kuliah, tanya aja Iza kalau nggak percaya, dia masih diluar tuh," Tegas Egi meyakinkan. "emang kenapa kak?" tanya Egi akhirnya penasaran.
"Hmm?" gumam Dee terlihat sedikit berpikir dan melanjutkan, "nggak ada apa-apa," ucapnya akhirnya.
-to be continued-
Mendadak suasana kembali sepi. Yang terdengar hanya suara aliran air dari keran di kamar mandi di ujung lorong disusul suara cekikikan yang tertahan dan kembali sepi. Sesampainya di ujung lorong, Dee segera menaiki anak tangga menuju lorong panjang di sebelah kanan, lorong yang berada di gedung lama.
Gedung lama adalah gedung kampus yang belum sempat diperbaiki selama proses pembaruan kampus 5 tahun belakangan. Gedung ini memiliki banyak ruangan yang dihubungkan dengan satu lorong besar berwarna krem pucat, karena baru diperbaiki untuk sementara sebelum nantinya digantikan gedung baru. Terdapat 27 ruangan yang berhadapan dengan satu ruang besar di ujung lorong.
Dibukanya satu persatu pintu di sepanjang lorong. Semua kosong. Yang tersisa hanya satu ruangan, yaitu ruangan paling besar di ujung lorong. Di atas pintu tergantung papan nama bertuliskan R33. Tampak bayangan siluet banyak orang di dalam ruangan dari pintu kaca buramnya.
"Eh, belum pada pulang?" Tanya Dee melihat beberapa juniornya ternyata masih sibuk latihan suara di ruangan itu. Tampak hampir sepuluh orang duduk dikursi membentuk lingkaran menoleh kearahnya. sebagian tersenyum sedangkan yang lain hanya melihat tak peduli.
"Iya kak, sebentar lagi. tanggung," jawab seorang yang berdiri ditengah. Dia adalah Egi, juniornya yang memang sung ketua klub paduan suara di departemennya.
"Oh, Gi, kakak pulang dulu atau bareng aja?" tanya Dee. Mereka berdua memang sering pulang bersama saat kampus mulai sepi. Egi hanya tersenyum seperti biasa, yang tandanya ia sedang merayu untuk ditunggu agar pulang bersama.
Dee kembali perpustakaan dan kembali membuka netbooknya. mengisi waktu untuk menunggu Egi sambil menghabiskan cemilan yang dibelinya siang tadi. Tak lama dari itu, Egi muncul di pintu langsung mendekati Dee dan mencomot cemilannya.
"Sendirian disini kak?" tanya Egi sambil melihat-lihat layar monitor netbook Dee yang sibuk loading. Dee hanya mengangguk tanpa menoleh dan menjawab, "Sudah selesai latihannya?"
"Hm? latihan apa?" tanya Egi tanpa nada.
"Lha, barusan latihan suara khan di aula?" jelas Dee menanyakan.
"Hmm?"
"Di R33," tutur Dee.
"Nggak, baru selesai kuliah kok," jawab Egi santai sambil terus mencomot makanan. "Jadwal latihan khan besok," lanjutnya. Dee mengerutkan dahi dan kemudian tersenyum. Ia yakin kalau Egi sedang mencoba menggodanya seperti biasa. Egi yang melihat reaksi Dee langsung duduk tegak.
"Beneran kak, baru selesai kuliah, tanya aja Iza kalau nggak percaya, dia masih diluar tuh," Tegas Egi meyakinkan. "emang kenapa kak?" tanya Egi akhirnya penasaran.
"Hmm?" gumam Dee terlihat sedikit berpikir dan melanjutkan, "nggak ada apa-apa," ucapnya akhirnya.
-to be continued-
Komentar
Posting Komentar