Langsung ke konten utama

jurnal ?: Azas-azas konsep mengenai organisasi pada tingkat populasi


EKOLOGI

AZAS-AZAS DAN KONSEP
MENGENAI
ORGANISASI PADA TINGKAT POPULASI


MAKALAH


OLEH:
1.      DEWI SURYANI                    13178/2009
2.      IRMA                                        13172/2009
3.      MATUR PRASOJO
4.      RIKA ASRATUL AINI
5.      ANDRI OGI
6.      HENDRA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011

KATA PENGANTAR


Puji syukur Penulis sampaikan kepada Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Azas-azas  dan konsep-konsep mengenai organisasi pada tingkat populasi” ini.
Pada kesempatan ini, tak lupa Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini, antara lain:
1.    Bapak Dedi Hermon selaku Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan dalam proses pembuatan makalah.
2.    Kepada semua pihak yang turut membantu dalam melengkapi isi makalah yang sebelumnya tidak diketahui oleh Penulis.
Penulis menyadari bahwa baik dalam penulisan maupun isi dari makalah  ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan sumbangan pemikiran pembaca berupa kritik dan saran demi kesempurnaan  penulisan. Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan para pembaca mengenai Azas dan konsep mengenai organisasi pada tingkat populasi.


Tim Penulis                             





DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ........................................................................................  i
DAFTAR ISI .....................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penulisan........................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah ..................................................................................  1
C.     Tujuan Penulisan .....................................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Azas-Azas Mengenai Organisasi Pada Tingkat Populasi .......................  2
B.      Konsep-Konsep Mengenai Organisasi Pada Tingkat Populasi............... 4
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .............................................................................................  11
B.     Saran......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................  12





BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
            Ekologi merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Lingkungan berarti semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organisme. Salah satu awal ekologi adalah penyelidikan kuantitatif tentang statistik vital populasi populasi manusia yang menyimpulkan bahwa ada faktor-faktor lain yang ikut membatasi populasi.
            Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan geografis. Ukuran populasi ini umumnya bervariasi dari waktu ke waktu yang memiliki tiga pola penyebaran yaitu menggerombol, acak dan tersebar.
            Populasi memiliki azas-azas dan konsep-konsep tertentu pada organisasi atau kelompok pada taraf populasi tersebut.untuk itu, maka Penulis akan mencoba untuk menguraikan baik azas maupun konsep dari organisasi atau kelompok pada tingkat populasi dalam makalah yang berjudul “Azas-Azas dan Konsep-Konsep Mengenai Organisasi Pada Tingkat Populasi” ini.

B. Rumusan Masalah
  1. Apa saja Azas-Azas dari organisasi pada tingkat populasi dalam konsep ekologi?
  2. Bagaimana konsep-konsep mengenai organisasi pada tingkat populasi dalam konsep ekologi?
C. Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui azas-azas daridari organisasi pada tingkat populasi dalam konsep ekologi?
  2. Untuk mengetahui konsep-konsep mengenai organisasi pada tingkat populasi dalam konsep ekologi?


BAB II
PEMBAHASAN


A. Azas-Azas Mengenai Organisasi Pada Tingkat Populasi
            Azas-azas mengenai organisasi pada tingkat populasi ini merupakan dasar-dasar yang terdapat dalam populasi. Didalam suatu populasi terdapat kegiatan dari individu-individu yang mana menjadi dasar atau syarat terjadinya suatu organisasi pada tingkat populasi ini. Azas yang paling dasar mengenai organisasi tingkat populasi ini adalah interaksi baik interaksi intraspesifik maupun interspesifik pada individu-individu tersebut. Interaksi ini terbagi atas dua tipe, yaitu interaksi positif (mutualisme, komensalisme) dan interaksi negatif (kompetisi, predisi)
  1. Kompetisi
            Kompetisi (tipe gangguan langsung), yaitu interaksi antara dua spesies atau lebih dalam menggunakan sumber daya alam yang persediaannya berada dalam kondisi kekurangan. Secara umum, kompetisi adalah proses aktif yang mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan bersaing individu-individu untuk hidup dan bereproduksi. Kompetisi terjadi karena dua hal yaitu suplai sumber yang dibutuhkan terbatas dalam hubungannya dengan permintah arganisme, atau  juga disebabkan oleh kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.
            Tipe-tipe pengaruh dapat bervariasi dari campur tangan langsung dengan mendatangi sumber (kompetisi interfensi) sampai menurunkan persediaan sumber dan efisiensi eksploitasi sumber (kompetisi eksploitasi). Kompetisi antara anggota-anggota dari spesies yang sama merupakan kompetisi intraspesifik, sedangkan interaksi antara anggota-anggota dari spesies yang berbeda merupakan kompetisi interspesifik.
            Beberapa aspek proses kompetisi adalah hewan tidak melihat atau mendengar kompetitor. Hewan yang memakan tumbuh-tumbuhan siang hari mungkin berkompetisi dengan hewan yang memakan tumbuh-tumbuhan yang sama pada malam hari bila tumbuh-tumbuhan tersebut jumlahnya terbatas. Kebanyakan organisme yang sering dilihat atau didengar oleh hewan, bukan kompetitor. Kompetisi pada tumbuh-tumbuhan biasanya terjadi antara akar individu-individu tumbuh-tumbuhan.
            Kompetisi (persaingan) ini terbagi atas dua yaitu intra-spesifik dan interspesifik. Persaingan intraspesifik yaitu persaingan yang terjadi antar individu  organisme yang berspesies sama, sedangkan persaingan interspesifik  yaitu persaingan yang terjadi antar individu organisme yang berbeda spesies.
  1. Predasi
            Predasi atau pemangsaan, yaitu interaksi antara dua spesies atau lebih spesies yang salah satu pihak  (prey atau organisme yang dimangsa) dirugikan, sedangkan pihak lainnya (predator atau organisme yang memangsa) beruntung.
            Pemangsaan berjalan menurut hukum alam. Adanya asosiasi antara prey dan predator menunjukkan bahwa populasi prey itu akan ditentukan oleh besar kecilnya populasi predator, dan populasi predator akan ditentukan oleh ketersediaan prey.
            Parasitoid tidak termasuk kedalam predator, untuk berkembang mereka cukup meningkatkan hubungan erat denganinang agar mereka tetap hidup  dan terus menerus menyediakan makanan bagi mereka. Parasitoid adalah organisme yang bersifat parasit yang secara berangsur-angsur membunuh inangnya.
            Predasi merupakan proses yang penting yang salah satunya membuat berkurangnya keberlimpahan. Predasi juga merupakan kekuatan sefektif, dan banyak adaptasi dalam organisme seperti warna tanda bahaya dapat dijelaskan melalui ko-evolusi pemangsa-mangsa.
  1. Simbiosis dan Mutualisme
            interaksi yang saling menguntungkan sering disebut simbiosis, tetapi juga disebut protokooperasi atau mutualisme. Mutualisme adalah interaksi yang mendorong kepatutan dari kedua spesies yang saling berinteraksi. Interaksi ini dapat berlangsung sangat erat maupun renggang. Mutualisme ini merupakan interaksi antaradua atau lebih spesies yang masing-masing saling memperoleh keuntungan adanya asosiasi, dan perlu dicatat bahwa masing-masing spesies memang saling membutuhkandan merupakan keharusan untuk  berasosiasi.
            Model-model mutualisme mengasumsikan bahwa populasi tumbuh sesuai dengan persamaan logistik, tetapi laju pertumbuhannya meningkat dengan adanya populasi lain. Mutualisme dapat meningkatkan atau menurunkan jangkauan habitat yang dapat dimanfaatkan dalam niche utama (pokok) dari anggota-anggota.
a. Simbiosis mutualisme
Hubungan dari kedua spesies ini begitu eratnya sehingga bila dipisahkan kehidupan mereka menjadi merana. Beberapa contoh simbiosis mutualisme adalah pohon dengan jamur, bakteri dengan akar tumbuhan polong-polongan, bakteri usus dengan herbivora, semut dengan pohon akasia.
b. Mutualisme non-simbiosis
Disamping hubungan yang sangat erat (simbiosis), ada juga hubungan  antara dua organisme yang tidak begitu erat, namun masih menguntungkan. Hubungan seperti ini terjadi pada hubungan penyerbukan dan penyebaran biji.
  1. Komensalisme
            Komensalisme merupakan hubungan diantara dua organisme, yang satu beruntung sedangkan organisme yang lainnya tidak berakibat apa-apa (tidak rugi). Liana, anggrek, dan epifit banyak dijumpai di hutan-hutan tropis, dan hal itu merupakan contoh dari tipe interaksi komensalisme. Mereka menggunakan tetumbuhan lain sebagai penopang tetapi tidak merugikan tumbuhan  penopang kecuali merupakan kecuali kemungkinan yang terjadi hanya penaungan.
  1. Amensalisme
            Amensalisme merupakan keadaan yang berlawanan dengan komensalisme, yaitu hubungan antara dua organisme yang mana satu pihak dirugikan sedangkan pihak lainnya tidak berakibat apa-apa (tidak rugi dan tidak untung). Pada kebanyakan kasus, organisasi yang dirugikan disebabkan oleh bahan kimia yang dikenal sebagai allelopathy. Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain yaitu Autotoxic (berasal dari suatu jenis tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama jenisnya) dan Antitotic (berasal dari tumbuhan yang dapat mematikan atau menghabat pertumbuhan lain yang berbeda jenisnya.

B. Konsep-Konsep Mengenai Organisasi Pada Tingkat Populasi
            Populasi berasal dari bahasa Latin, yaitu populus yang berarti rakyat atau penduduk. Suatu organisme tidak dapat hidup sendirian, akan tetapi harus hidup bersama-sama dengan organisme lain, baik dengan organisme sejenis maupun dengan organisme tidak sejenis dalam suatu habitat. Masing-masing kelompok kecil dalam komunitas biotik dinamakan populasi.  Pada populasi ini mempunyai tingkat organisasi yang lebih tinggi daripada individu-individu organisme dan merupakan kesatuan yang nyata karena memiliki ciri-ciri atau karakteristik unik yang dimiliki populasi dan bukan milik individu dalam populasi.
            Karakteristik yang dimiliki populasi antara lain densitas (kepadatan atau kerapatan), natalitas (angka kelahiran), mortalitas (angka kematian), laju kenaikan populasi, umur, sex ratio, serta agregasi. Populasi juga memiliki karakteristik genetik yang secara langsung berhubungan dengan ekologinya, misalnya sifat adaptif, keserasian reproduktif, dan ketahanan. Selain itu, distribusi atau penyebaran intern juga merupakan karakteristik penting dari populasi. 
1.         Densitas Populasi
            Densitas populasi adalah besarnya populasi dalam suatu unit ruang, yang pada umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu-individu dalam setiap unit luas atau volume.  Densitas ini juga sering disebut sebagai kerapatan atau kepadatan populasi.
            Densitas populasi dapat dibedakan atas densitas kasar dan densitas spesifik (Gopal dan Bhardwaj, 1979).
  • Densitas kasar diukur pada suatu tempat dan waktu tertentu sehingga dinyatakan sebagai jumlah organisme per seliruh luas daerah yang dikaji.
  • Densitas spesifik, yaitu jumlah individu organisme per luas habitat atau jumlah individu organisme per satuan ruang atau tempat yang tersedia dan benar-benar diduduki oleh individu-individu anggota populasi tersebut. Densitas spesifik ini juga sering disebut dengan densitas ekologi.
            Densitas populasi dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan , dan kelahiran, kematian, emigrasi dan imigrasi. Namun, emigrasi dan imigrasi berpengaruh kecil pada densitas populasi tumbuhan karena terjadi pada tingkat bakal kehidupan (biji, buah, dan spora). Pada binatang, emograsi dan imigrasi merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap densitas populasi binatang seperti burung, ikan, serangga dan sebagainya.

2.         Natalitas Populasi
            Natalitas adalah reproduksi individu baru dari suatu populasi atau kemampuan populasi untuk bertambah. Natalitas dapat dibedakan atas dua hal, yaitu laju kelahiran kasar dan laju kelahiran spesifik.
  • Laju kelahiran kasar yaitu jumlah kelahiran dalam populasi.
  • Laju kelahiran spesifik  yaitu kecepatan kelahiran untuk organisasi dari umur atau jenis kelamin tertentu.
            Natalitas merupakan suatu kecepatan tumbuh populasi yang diperoleh dari jumlah individu-individu baru yang dihasilkan per unit waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi natalitas populasi antara lain sebagai berikut.
1)      Perbandingan jenis kelamin dan kebiasaan kawin
2)      Umur perkembangbiakan maksimum
3)      Umur perkembangbiakan minimum
4)      Jumlah sarang pertahun
5)      Jumlah anak persarang atau jumlah telur persarang
6)      Densitas populasi itu sendiri

3.         Mortalitas Populasi
            Mortalitas (angka kematian), yaitu jumlah penduduk yang mati dalam populasi untuk suatu periode waktu tertentu. Dapat dikatakan bahwa mortalitas merupakan kebalikan dari natalitas, dan angka mortalitas ekuivalen dengan angka kematian pada demografi manusia.
            Mortalitas dan natalitas keduanya menentukan pertumbuhan populasi. Populasi tumbuh jika natalitas melebihi mortalitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu:
  • Faktor-faktor yang mematikan , yaitu yang secara langsung dapat mematikan atau mengurangi populasi seperti predasi (pemangsa), pemburuan, penyakit, kelaparan dan kecelakaan.
  • Faktor-faktor kesejahteraan, yaitu yang erhubungan dengan kualitas lingkungan hidup.
  • Faktor-faktor berpengaruh, yaitu yang mempengaruhi keadaan kualitas dan kuantitas makanan, minuman (air), udara, pelindung, dan ruang atau tempat hidup.
  • Kematian karena umur yang telah tua.
4.         Laju Kenaikan Populasi
            Perbedaan antara natalitas dengan mortalitas akan menentukan laju kenaikan populasi. Jika mortalitas benilai nol, maka populasi akan meningkat secara logaritmik pada jumlah yang sangat banyak. Akan tetapi, kenyataannya di alam terdapat banyak faktor lingkungan (sebagai tahanan lingkungan) yang dapat memelihara densitas atau pertumbuhan populasi pada batas tertentu sesuai dengan sumber daya alam yang tersedia. Kemampuan lingkungan yang demikian disebuat sebagai daya dukung lingkungan.
            Perbedaan antara potensi biotik (potensi biologis) dengan daya lingkungan disebabkan karena adanya tahanan lingkungan. Tahanan lingkungan merupakan gabungan dari semua faktor ekologi yang berpengaruh terhadap  peningkatan mortalitas atau penurunan natalitas. Dengan demikian, secara teoritis pertumbuhan populasi akan mengikuti bentuk kurva logistik.

5.         Penyebaran Umur
            Penyebaran umur merupakan salah satu karakteristik populasi yang mempengaruhi natalitas dan mortalitas, karena perbandingan dari berbagai golongan individu-individu di dalam populasi akan menentukan status reproduktif yang sedang berlangsung pada populasi dan menyatakan kondisi yang dapat diharapkan pada masa mendatang.
            Menurut Bodenheimer, populasi dapat dibagi menjadi tiga kelas umur (umur ekologi), yaitu sebagai berikut.
  • Prareproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar anggotanya adalah individu-individu berumur muda.
  • Reproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar anggotanya individu-individu berumur sama dengan umur rata-rata populasi.
  • Pascareproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar anggotanya adalah individu-individu berumur tua.
            Ukuran populasi tidak hanya dipengaruhi oleh distribusi individu menurut kelompok umur tetapi juga dipengaruhi oleh perbandingan jenis kelamin, yaitu perbandingan jumlah jantan dan betina dalam suatu populasi yang biasanya dinyatakan dengan jumlah jantan terhadap 100 ekor betina.
            Menurut Cortlen (1925 dalam Odum, 1993) bahwa populasi memiliki kecenderungan berkembang kearah struktur yang mantap, yaitu kondisi perbandingan jumlah individu-individu organisme penyusunnya dengan kelas umur berbeda yang cenderung tetap. Akan tetapi, jika perubahan lingkungan yang teerjadi bersifat permanen, maka akan mengakibatkan terbentuknya populasi dengan struktur dan penyebaran umur yang baru atau berbeda dengan populasi sebelumnya.

6.         Distribusi (Penyebaran) Intern
            Distribusi intern terbagi atas tiga pola, yaitu distribusi acak (random), distribusi seragam (uniform), dan distribudi bergerombol (clumped).
a. Distribusi acak
            Terjadi apabila kondisi lingkungan seragam, tidak ada kompetisi yang kuat antarindividu anggota populasi, dan masing-masing individu tidak memiliki kecenderungan untuk memisahkan diri.
b. Distribusi seragam
            Terjadi apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh area dan ada kompetisi yang kuat antara individu anggota populasi sehingga mendorong terjadinya pembagian ruang yang sama.
c. Distribusi bergerombol
            Merupakan distribusi yang umum terjadi di alam, baik bagi tumbuhan maupun bagi binatang. Distribusi bergerombol terjadi karena berbagai sebab antara lain sebagai berikut.
a) Kondisi lingkungan jarang yang seragam, meskipun pada area yang sempit.
b) Pola reproduksi  dari suatu individu-individu anggota populasi
c) Perilaku hewan cenderung membentuk suatu ketahuan atau membentuh koloni.
            Distribusi bergerombol dapat meningkatkan kompetisi didalam meraih unsur hara, makanan, ruang, dan cahaya. Di dalam pola distribusi bergerombol ternyata tiap-tiap kelompok ada kemungkinan tersebar secara acak, seragam, ataupun secara berkumpul. Oleh karena itu, tipe distribusi secara keseluruhan dapat terjadi: secara acak, seragam, bergerombol secara acak , bergerombol seragam, dan bergerombol berkumpul. Odum (1993) mengemukakan bahwa agregasi atau penggerombolan individu-individu organisme anggota populasi terjadi akibat beberapa hal, antara lain:
a) Menanggapi adanya perubahan cuaca harian atau musiman.
b) Menanggapi perbedaan kondisi habitat setempat.
c) Sebagai akibat dari proses reproduksi
d) Sebagai akibat daya tarik sosial.

7.         Dispersi Anggota Populasi
            Dispersi atau perluasan anggota populasi adalah gerakanindividu anggota populasi atau anak-anaknya atau bakal kehidupan lainnya (buah, biji, spora, larva dan sebagainya) kedalam atau keluar daerah populasi. Dispersi individu anggota populasi dapat terjadi melalui tiga bentuk yaitu emigrasi, imigrasi dan migrasi.
  • Emigrasi, yaitu gerakan individu-individu anggota populasi atau anak-anaknya atau bakal kehidupan lainnya keluar batas daerah populasi, sehingga menyebabkan densitas populasi. Emigrasi merupakan gerakan satu arah ke luar batas daerah populasi.
  • Imigrasi, yaitu gerakan individu-individu anggota populasi atau anak-anaknya atau bakal kehidupan lainnya kedalam batas-batas daerah populasi, sehingga menyebabkan densitas populasi bertambah. Imigrasi merupakan gerakan satu arah kedalam batas daerah populasi.
  • Migrasi, yaitu gerakan individu anggota populasi atau anak-anaknya atau bakal kehidupan lainnya kedalam dan keluar batas daerah populasi, sehingga menyebabkan densitas populasi berubah-ubah setiap saat. Migrasi merupakan gerakan dua arah kedalam dan keluar batas daerah populasi atau merupakan gerakan datang dan pergi secara periodik.
            Dispersi individu-individu anggota populasi berpengaruh terhadap kondisi populasi  seperti pada densitas populasi. Akan tetapi, mengingat dispersi populasi itu terjadi secara berangsur-angsur sehingga perubahan densitas populasi sering tidak dirasakan atau berpengaruh kecil terhadap seluruh populasi terutama jika satuan populasinya besar.

8.         Isolasi dan Teritorialitas
            Isolasi, yaitu pengucilan individu anggota populasi oleh yang lainnya dalam suatu populasi. Isolasi terjadi karena adanya persaingan antara individu-individu yang berbeda jenis terhadap sumber daya alam yang persediaannya sedikit. Adanya isolasi tersebut akan menyebabkan individu atau kelompok jenis masing-masing akan membatasi akan membatasi kegiatan mereka pada suatu daerah tertentu dan berusaha ingin mempertahankan daerah tersebut yang dinamakan sebagai teritorialitas, sedangkan wilayah atau daerah yang dipertahankan oleh individu-individu tersebut merupakan daerah teritori yang dapat merupakan seluruh atau sebagian dari daerah tempat organisme hidup secara normal.






















BAB III
PENUTUP



A. Kesimpulan
            Organisasi pada tingkat populasi memiliki azas-azas dan konsep-konsep. Azas-azas disini dapat juga diartikan sebagai dasar-dasar atau syarat terciptanya organisasi pada tingkat populasi.
            Yang termasuk kedalam azas mengenai organisasi  pada tingkat ekologi ini yang paling utama yaitu adnya interaksi. Interaksi terbagi atas lima yaitu adanya interaksi berupa kompetisi (persaingan), Predasi, Simbiosis mutualisme, Komensalisme dan Amensalisme.
            Konsep-konsep mengenai organisasi pada tingkat populasi meliputi pengertian dan karakteristik dari populasi ini sendiri. Karakteristik ini antara lain meliputi densitas populasi, natalitas, mortalitas, laju kenaikan populasi, penyebaran umur, distribusi intern, dispersi anggota populasi, serta isolasi dan teritorialitas.
B. Saran
            Berdasarkan hasil dari penulisan makalah ini, maka penulis menyarankan kepada pembaca untuk dapat melengkapi meliputi azas-azas dan konsep-konsep mengenai organnisasi (kelompok) pada tingkat populasi ini dari berbagai sumber lainnya karena tim penulis hanya dapat menyimpulkan secara singkat saja sehingga materinya masih belum sempurna.









DAFTAR PUSTAKA




Hadisubroto, Tisno. 1989. Ekologi dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi aksara
McNaughton, S.J dan Larry L.Wolf. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Media University

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal 23 Geografi Regional Indonesia: Pulau Sumatera

“SUMATERA” MAKALAH OLEH: DEWI SURYANI 13178/2009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012   KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis sampaikan kepada Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka Penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “ Sumatera ” ini. Pada kesempatan ini, tak lupa Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan dan dalam melengkapi isi makalah yang sebelumnya tidak diketahui oleh Penulis. Penulis menyadari bahwa baik dalam penulisan maupun isi dari makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan. Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan para pembaca mengenai Pulau Sumatera ...

jurnal 25 Langkah-Langkah Meraih Impian

  Meraih  Mimpi  Yuk!!! !!! Guys, pernah bermimpi nggak? Bagaimana impianmu itu? Sudahkah ada yang tercapai di hidupmu? Bagaikan didunia sihir, dengan memiliki impian, kita akan memiliki motivasi untuk hidup. Kenapa? Karena kita telah memiliki sesuatu yang ingin kita raih. Mau bukti? Lihat saja contoh yang paling terlihat, yaitu keberhasilan seorang Agnes Monica ataupun JK Rowling atau tokoh besar lain. Tentunya sebelum mereka berhasil sampai titik puncak saat ini, mereka memiliki mimpi. Mimpi yang benar-benar mereka inginkan. Nah, dari situlah timbul suatu keinginan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Diikuti dengan niat yang sungguh-sungguh, maka bukan hal yang tidak mungkin jika mimpi yang kita inginkan akan dapat kita raih. Mimpi. Percaya atau tidak, setiap orang akan dengan mudah memiliki impian. Entah itu impian yang besar ataupun impian yang dekat dengan dirinya. Hanya saja, tidak semua orang beruntung untuk mewujudkannya. Untuk meraih impian kita, ap...

Jurnal 66: Dibuang Sayang, catatan Peta Ishoyet

Membuat peta ishoyet Langkah-langkah: 1.      Plotkan stasiun wilayah pengamatan, posisi stasiun (termasuk stasiun tetangga terdekat) jumlah curah hujan. 2.     Hubungkan masing-masing stasiun terdekat dengan garis sehingga membentuk bangun ∆ . 3.     Tentukan masing-masing titik curah hujan yang diinginkan berdasarkan interval yang ditetapkan sebelumnya (10, 20, 40, 50 dan 100)dengan menggunakan rumus dibawah ini. α AB    = jarak titik angka yang dicari N       = jarak antara stasiun A ke B NA     = angka curah hujan stasiun A NB      = angka curah hujan stasiun B 4.     Hubungkan masing-masing titik curah hujan yang sama dengan garis (tambahkan arah angin rata-rata wilayah) 5.     Tentukan luas masing-masing wilayah sesuai dengan metode bujur sangkar ...