Keong dan kancil
Keong dan
kancil adalah sepasang sahabat yang sangat akrab. Setiap malam selepas bekerja,
mereka sering berbincang-bincang di pinggir padang rumput dimana mereka dan
hewan lainnya sering berkumpul disana untuk berbincang-bincang dan mencari
makan.
Kancil adalah
hewan cerdik dan selalu bersemangat dalam hal apapun. Ia banyak bercerita hal
apasaja berulang-ulang kepada keong dengan penuh ekspresi. Kancil selalu
mencari tantangan dan menyelesaikan semua pekerjaannya bahkan turut membantu
pekerjaan yang lainnya dengan semangat.
Berbeda dengan
kancil, keong adalah hewan terlamban diantara yang lain. Ia selalu jauh
tertinggal mencapai sesuatu tanpa bantuan kancil. Karena merasa terbantu, keong
yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya mampu membantu kancil dengan menjadi
pendengar yang baik tanpa menginterupsi dan hanya menanggapi sesekali.
Suatu hari,
keong dan kancil pergi bersama mencari makan sambil bermain bersama kelinci,
rusa, kerbau dan jerapah di hutan dekat rumah mereka. Masing-masing mereka
membawa mainan masing-masing ketempat mereka berkumpul kecuali kelinci.
Rusa dan
kelinci sangat akrab diantara yang lainnya sehingga rusa meminjamkan mainannya
kepada kelinci, sedangkan rusa sendiri meminjam milik kancil dan kancil menjaga
mainan yang dititipkan kerbau padanya sementara kerbau dan jerapah sibuk makan
siang. Di paling belakang, tampak keong menyusul dengan mainannya sendiri dan
memainkannya.
permainan
terasa menyenangkan dengan perdebatan masing-masing hingga hari beranjak senja
dengan keong yang terus sibuk dengan mainannya sendiri sambil sesekali memberi
tanggapan dari cerita kancil, kelinci dan rusa yang terus berbincang-bincang.
“Hewan yang paling imut, aku!”
seru kancil dengan
candaannya yang khas sambil melompat-lompat dengan kaki belakangnya.
“Ya, terserah sajalah,”
sahut kelinci dan
rusa akhirnya karena lelah melayani candaan kancil yang tidak ada habisnya.
Belum ada yang bisa mengalahkan kancil dalam berdebat dan berlari selain si
singa, harimau dan srigala, si predator.
Hari
semakin senja saat mereka masih sibuk mengerjakan pekerjaan masing-masing.
Kerbau dan jerapah telah datang kembali dengan membawa buah-buahan sebagai
oleh-oleh. Mereka pindah ke daerah yang lebih terang agar bisa tetap waspada
dari predator yang ada.
“Kerbau, ayo coba latihan sekarang buat
wawancaramu besok, kami akan berperan sebagai dewan,” seru jerapah dengan seru.
“Oh iya, sehabis itu bisa kau yang
berlatih kancil, bukannya besok kau akan pergi wawancara juga?” Tanya keong mendukung. Kerbau dan
kancil sibuk mengelak dengan malu dan saling menunjuk untuk berlatih lebih
dulu.
Waktu
terus berlalu sementara kancil dan rusa kembali saling berdebat seperti biasa
dengan hal-hal yang tidak jelas. Sambil menunggu, Keong hanya menyelesaikan
permainannya yang lain sedangkan kelinci, kerbau dan jerapah sibuk
masing-masing tanpa suara.
“Keong! Aku belum menyiapkan media buat
persentasi dan wawancara kerja besok, pulang yuk!” Seru kancil tiba-tiba tepat saat keong
menyelesaikan pekerjaannya. Keong yang memang menunggu kancil untuk pulang
bersama langsung mengiyakan sementara kancil masih terlihat melanjutkan
pekerjaannya yang lain. Keong menunggu sambil sesekali mengobrol bersama
jerapah dan rusa. Jerapah yang terlihat sedang kesusahan mengerjakan
pekerjaannya yang terlalu rendah untuk dicapainya meminta tolong pada keong.
Keong yang melihatv kancil masih sibuk sendiri akhirnya membantu jerapah untuk
mengisi waktu dalam diam.
“Aku akan pulang dulu saja minta jemput
ayahku kesini, aku belum buat perlengkapan wawancaraku besok,” seru kancil yang duduk di depan keong,
rusa dan jerapah tiba-tiba tak berapa lama kemudian saat keong hampir selesai
membantu jerapah yang mengerjakan bagian lain di atas. Keong menoleh kearah
kancil. Tampak oleh keong bahwa kancil sudah mulai kesal dan tidak dalam
suasana hati yang baik. Dengan secepat mungkin yang bisa dilakukannya, keong
menyelesaikan pekerjaannya dan langsung pamit kepada rusa, jerapah, kelinci dan
kerbau.
Suasana
pergi dan pulang terasa sangat jauh berbeda. Jika saat pergi penuh dengan
candaan, cerita dan tawa mengejek pada orang yang dibicarakan, saat ini keong
dan kancil diam seribu bahasa. Kancil menolak untuk pulang lewat jalan yang
mereka lalui saat berangkat karena hari telah gelap dan memilih jalan memutar.
Keong yang langsung paham kalau perasaan kancil sedang tidak bagus hanya
mengikuti saja.
Karena
tidak tahan dengan suasana yang berubah menjadi kaku, akhirnya keong memutuskan
untuk berbicara. Keong mengatakan bahwa apapun
yang kita pikirkan dan rasakan lebihbaik diungkapkan. Lebih baik menggerutu
atau marah sekalian daripada diam dalam amarah dalam hati, itu tidak melegakan,
sebaiknya keluarkan saja, diam membuat perasaan yang lain menjadi tidak nyaman
dan segan. Tentu saja keong lebih senag mendengar gerutuan kancil yang
tidak suka ankan sesuatu seperti biasanya daripada terus diam. Hal ini
membuatnya merasa bersalah karena membuat kancil menunggunya.
Sesampai
didepan rumah, keong dan kancil berpisah tanpa mengatakan apa-apa sehingga
membuat keong semakin merasa bersalah. Setelah membersihkan tubuh, keong duduk
di tepi padang rumput sebelah rumah mereka tempat mereka sering berkumpul.
Keong berjanji pada diri sendiri akan menunggu dibawah pohon tersebut sampai
kancil keluar dan akan membantu kancil mempersiapkan wawancaranya esok hari.
Tanpa
terasa fajar mulai menyingsing di timur. Tanpa sadar, ternyata Keong tertidur
saat menunggu kancil. Tampak kakek kura-kura yang berjemur di pinggir sungai
mendekat kearahnya dan menanyakan kenapa tidak melihat wawancara kancil hari
ini. Dengan terkejut keong menanyakan apakah kancil sudah berangkat dari tadi.
Keong langsung membersihkan diri dan pergi ke tempat wawancara kancil walaupun
jelas sudah terlambat dari jadwal yang ditentukan.
“Keong, kancil meninggalkan kertas ini
di rumahnya, bisakah kau antar? Aku harus pergi sekarang dari sini. Ada elang
yang sedang mengejarku!” Seru burung pipit dengan panik
menyerahkan bahan wawancara .
“Dia sepertinya memang sedang marah
padamu makanya tidak berangkat bersamamu seperti biasanya, jadi kuharap dengan
kau membantunya saat ini, kalian bisa lebih cepat baikan.” Tutur burung pipit lagi kemudian
pergi. Tentu saja keong menerima dengan senang hati dan berharap agar
persahabatannya dengan kancil tidak rusak begitu saja.
Memakan
waktu yang agak lama hingga keong sampai di lokasi wawancara. Dilihatnya kancil
sedikit pucat dan langsung merubah raut wajahnya dengan dingin saat melihat
keong membawa perlengkapan wawancaranya yang tertinggal.
“Kancil, aku minta maaf jika aku
membuatmu menunggu saat aku dan jerapah mengerjakan pekerjaannya semalam,
apakah kau masih marah padaku?” Tanya keong. Kancil memberikan sekilas
senyumnya dan menerima kertas dari keong dan langsung pergi.
Keong
yang masih merasa tidak enak hati, mengikuti dari belakang dalam diam dan
melamun dan tersadar saat membentur kerikil yang cukup besar di depannya dan
mengaduh kesakitan. Sambil mengusap kepalanya, keong menoleh kesana kemari
melihat apakah ada yang melihat sikap bodohnya tadi.
Namun,
tak sengaja dilihatnya seekor jaguar mengendap-endap direrumputan tinggi. Keong
langsung mengalihkan pandangannya kearah kancil yang sibuk menyusun bahan wawancaranya.
“Kancil, lari!!! Ada jaguar!!” Seru keong sekuat-kuatnya. Kancil yang
terkejut mendengarnya langsung lari. Ia tahu jaguar tidak akan mempedulikan si
keong.
“Keong, kau sembunyi saja!!” Seru kancil yang terus lari melewati
seekor itik yang berlari berlawanan arah. Tentu saja, keong yang lamban tidak
sempat bersembunyi. Tapi ia merasa aman dari jaguar tanpa tahu ada itik di
sekitarnya.
Hari
telah sore saat kancil akhirnya kembali ke lokasi wawancara atas permintaan
burung pipit karena keong belum juga pulang. Ditengah jalan ia bertemu dengan
rusa, jerapah dan kelinci yang terlihat serius sehingga membuatnya bertanya
karena penasaran.
“Benarkah kau tidak tahu? Seekor itik
tadi sudah memisahkan keong dari tempurungnya saat wawancara tadi pagi. Ia sudah
tidak ada lagi.” Jawab rusa. Tentu saja hal itu membuat
kancil terkejut. Ia belum sempat berbaikan dengan keong yang bahkan
menyelamatkannya dari jaguar yang mengintainya pagi ini. Kancil kembali
mengingat kata-kata keong semalam padanya, bahwa apapun yang kita pikirkan dan rasakan lebihbaik diungkapkan. Lebih baik
menggerutu atau marah sekalian daripada diam dalam amarah dalam hati, itu tidak
melegakan, sebaiknya keluarkan saja, diam membuat perasaan yang lain menjadi
tidak nyaman dan segan.
Komentar
Posting Komentar