Terbiasa mencoba untuk mandiri, sepertinya secara tidak langsung bisa mempengaruhi pola pikir seseorang.
Ada seseorang yang memiliki banyak saudara dengan kondisi orang tua yang sibuk di luar rumah sepanjang hari agar bisa mencukupi kebutuhan seluruh keluarga. Alhasil ia dan saudara/i nya selalu berada di rumah dan berbagi tugas untuk semua urusan di rumah. Menjalankan tugas masing-masing menjadi bagian dari hari-hari yang harus terselesaikan pada rentang waktu tertentu. tentu saja yang memantau semua kegiatan adalah yang tertua, sehingga rumah bisa tertata rapi dan bersih, serta lauk pauk tersedia setiap hari. Namun jika ada yang tidak beres, konsekuensi terletak pula pada anak tertua, yang dituntut mampu menggantikan ibu saat ibu bekerja di luar rumah membantu sang ayah. Alhasil anak tertua tentu saja akan bertindak tegas dan terkadang harus keras untuk menghadapi adik-adiknya yang sulit diatur.
Terbiasa dengan pembagian tugas dan melakukan sesuatu untuk mengurus diri sendiri, tentu saja secara tak langsung setidaknya salah satu dari persaudaraan itu secara tidak sadar akan membuatnya sulit untuk menyandarkan beban pada orang lain. Sekedar untuk mengandalkan teman atau kenalan untuk mengantar kesuatu tempat dalam urusannya pun mungkin akan sulit untuk memintanya karena takut membebani. Tentu saja hal sepele seperti itu akan menjadi konflik batin baginya karena ia terbiasa melakukan dan menyelesaikan urusan dan permasalahannya sendiri. Apakah itu adalah hal yang aneh? atau kelainan? aku rasa tidak.
Perilaku seseorang akan terbentuk dengan kebiasaan-kebiasaan yang ia lakukan, walau itu tanpa disadari oleh masing-masing sendiri. seseorang bisa dekat dengan seseorang, katakanlah pacaran, hingga akhirnya bahkan untuk sarapanpun dengan santainya meminta di antar atau bahkan dibelikan tidak pandang waktu, entah itu dini hari ataupun malam. PAstinya sebagian dari mereka mengatakan itu hal yang wajar. Karena pada kenyataannya, hal itu sudah umum untuk dilakukan. Kenapa?
Karena, setidaknya menurutku, seseorang pacaran, artinya mereka sudah siap untuk meletakkan beban mereka pada pundak orang lain. sudah siap untuk percaya pada orang lain bahwa orang lain itu akan menyelesaikan dan memenuhi permasalahan atau keinginan mereka. percaya untuk menyimpan segala keluh kesah dan rahasia. dan tentu saja (menurutku) tega untuk menyusahkan satu sama lain. Sikap sangat tergantung satu sama lain tentu saja tidak semua orang bisa menyanggupinya. terbiasa menyelesaikan permasalahan sndiri, mengurus segala sesuatu sendiri, hal yang menurutku mandiri karena tidak tergantung pada orang lain, secara tidak langsung akan membentuk seseorang untuk tidak terlibat pada orang lain. dan sikap tidak ingin dilibatkan ini pada akhirnya membuatnya bersikap hal yang sama pada orang lain. tidak mau menyusahkan, tidak tega jika merepotkan, dan akhirnya merasa asing jika ada pada hubungan yang lebih dekat dari sekedar teman. bahkan mungkin, hubungan antar temanpun tidak akan terjalin begitu dalam. karena lagi-lagi karena merasa tidak enakan jika menyulitkan orang lain.
well, nggak ada yang salah sit apakah tergantung pada orang lain, atau seperti tak butuh orang lain, karena sebenarnya pada masing-masing mereka masih terjadi pergulatan batin masing-masing apakah mampu terlibat dengan orang lain, tega menyeret kehidupan orang lain terhadap mereka, atau percaya terhadap satu sama lain. karena rasa itu sulit di ceritakan dan diketahui, hanya bisa dirasakan. karena rasa pada satu, tidak akan sama dengan rasa yang lain. jeruk nipis saja berbeda jauh dengan jeruk lemon, bagaimana mungkin ada perasaan manusia yang begitu kompleks bisa dirasakan oleh orang yang berbeda?
Komentar
Posting Komentar