Langsung ke konten utama

Metamorfosis -1-


PROLOG


“Anak itu menyukaiku?” terdengar obrolan ringan di depan minimarket yang masih sepi karena hari yang dingin sebab hujan yang tak kunjung berhenti, disusul tawa ringan yang tak habis pikir dengan pernyataan adiknya yang seperti bercanda.
               “Sungguh, kemarin aku tidak sengaja membaca buku diary yang dia bawa tiap hari kesekolah, Kak. Kalau tidak salah sejak melihat kau mengantarku kesekolah, tahun ajaran baru kemarin,” ujar Reno meyakinkan kakaknya yang terus tertawa geli.
               “Hahaha, kau membaca diarynya? Itu tidak boleh, tahu,” celetuk Dino masih tersenyum geli pada Reno. Tangannya sibuk mengotak-atik kamera versi terbaru yang beberapa waktu lalu dibelinya.
               “Itu.. itu.. salahnya sendiri. Meninggalkan buku aneh di meja kelas.” Tutur Reno beralasan. Kakinya menendangi kerikil yang dilihatinya, salah tingkah. “Jadi bagaimana kak?” lanjutnya. Dino yang ditanya diam saja masih sibuk melihat hasil foto di kamera digitalnya yang seharian di ambilnya. Rasa puas dengan hasil jepretannya terlihat sangat jelas darinya.
               “Kak Dino? Gimana tuh?” tanya Reno penasaran, tangannya menyenggol Dino tak sabar.
               “Hmm??”
               “Aka, menurut kakak gimana?”
               “Kau ini, dari tadi dia terus. Apa kau menyukainya?” tanya Dino tanpa menoleh.
               “Ohoho!! Tentu saja. Tapi sebagai teman. Dia pintar, aku dan teman yang lain sering minta bantuannya tentang PR. Bukan suka yang lain,” bantah Reno memukul ringan Dino, merasa tidak terima. “Kakak gimana?”
               “Reno, kalau kau suka diapun tak apa. Kau sudah SMA, walaupun baru masuk SMA, tapi wajar untuk seumurmu mulai suka seseorang. Kakak tak mungkin suka sama Aka, dia temanmu bukan? Kalian masih kecil. Lihat umur kakak, 24 tahun. Tak mungkin hal yang kau cemaskan terjadi. Santai sajalah.” Tutur Dino panjang, gemas melihat tingkah adiknya.
               “Haha, siapa yang cemas. Aku hanya penasaran saja, gimana hasilnya. Anak itu memperlakukan semua anak lelaki dengan sama, tak ada yang berbeda, bahkan saat kakak disana dia juga terlihat biasa saja. Seakan, kita semua adalah seorang gadis juga. Tanpa sedikitpun ketertarikan,” jelas Reno. “tunggu, kau bilang tadi sudah umur wajar buat menyukai seseorang, tapi kau juga bilang kami masih kecil? Tidak konsisten.” Sambungnya. Dino berbalik menghadap adiknya yang sejak tadi terus mengoceh tentang teman sekelasnya yang beberapa kali membuat tugas kelompok bersama beberapa temannya yang lain dirumah.
“Reno, bagi Kakak, kau masih kecil. Aka masih kecil, Restu, Rina, Eko, Fadhil, kalian semua masih kecil. Dan sejujurnya belum pantas buat kalian pacaran,”
               “Kami tidak pacaran kok!” potong Reno.
               “Kakak tahu, kalau tidak ya bagus. Kakak senang kalau memang tidak. Anak seumur kalian, harusnya konsentrasi belajar dulu. Pikirkan hal seperti itu jika kalian sudah dewasa nanti, saat sudah mampu melakukan hal luar biasa dalam hidup kalian. Jika saat itu telah datang, baru kalian bisa memikirkan hal tentang suka, cinta, atau hal yang kau sebut tadi. Tentu saja untuk suatu hubungan yang halal, bukan seperti hubungan bebas.” Tutur Dino menjelaskan dengan menahan senyum melihat ekspresi Reno yang tiba-tiba mendapat ceramah darinya. Ia mengalihkan pandangannya kearah jalan raya. “Dan yang terpenting, Kakak tidak tertarik padanya. Anak kecil. Jangan cemas,” sambungnya tersenyum lebar dengan mata masih tertuju pada jalan raya, sedangkan tangannya mengusap lembut kepala Reno yang sibuk mengelak, takut terlihat oleh orang lain. Wajar saja, mini market tempat mereka berdiri berada tak jauh dari sekolahnya, walaupun sekolah sudah usai berjam-jam yang lalu.
               Pada saat yang sama, tampak sebuah mobil berwarna putih menepi di hadapan mereka. Tampak seorang pria paruh baya  di belakang kemudi melambaikan tangan kearah Reno dan Dino yang dibalas pula oleh kedua kakak beradik itu. Keduanya melangkah menuju mobil putih itu dan menaikinya. Tanpa menunggu lama, mobil melaju dan menjauh dengan cepat dari minimarket.
               Sementara itu di meja panjang dinding  didalam mini market, seorang anak perempuan yang masih mengenakan serangam putih biru dilapisi jaket berwarna hijau tua yang agak kebesaran, masih asyik menikmati mie instan cup yang masih hangat mengepul dengan minuman hangat yang  terletak didepannya. Selagi mulutnya mengunyah santai, matanya menatap tanpa ekspresi kearah hujan di luar yang belum berhenti. Kepalanya sedikit mengikuti irama musik dari speaker minimarket yang begitu pelan hingga nyaris tak terdengar.
               Ting!!
               Dengan malas tangannya meraih ponsel dari dalam tas yang diletakkannya di atas meja, sebuah pesan dari ibunya. Sekali lagi tangannya menyuapi mie instan kedalam mulutnya.
               Ibu : Aka, kok belum pulang? Jemput atau tidak?
               Aka : Masih hujan Ma, jemput ya.. ;) :*
               Dimasukkannya kembali ponsel polyponik kedalam tasnya, ponsel yang akhirnya didapatnya sejak ia berhasil mengikuti training siswa bulan lalu. Tangannya yang lain meraih gelasnya, meniup dan meminumnya sedikit.
               Dewasa ya..” pikirnya masih dengan ekspresi datar, dan dengan santai menyuap mie ke mulutnya.
~dlrr~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal 23 Geografi Regional Indonesia: Pulau Sumatera

“SUMATERA” MAKALAH OLEH: DEWI SURYANI 13178/2009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012   KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis sampaikan kepada Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka Penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “ Sumatera ” ini. Pada kesempatan ini, tak lupa Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan dan dalam melengkapi isi makalah yang sebelumnya tidak diketahui oleh Penulis. Penulis menyadari bahwa baik dalam penulisan maupun isi dari makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan. Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan para pembaca mengenai Pulau Sumatera ...

jurnal 25 Langkah-Langkah Meraih Impian

  Meraih  Mimpi  Yuk!!! !!! Guys, pernah bermimpi nggak? Bagaimana impianmu itu? Sudahkah ada yang tercapai di hidupmu? Bagaikan didunia sihir, dengan memiliki impian, kita akan memiliki motivasi untuk hidup. Kenapa? Karena kita telah memiliki sesuatu yang ingin kita raih. Mau bukti? Lihat saja contoh yang paling terlihat, yaitu keberhasilan seorang Agnes Monica ataupun JK Rowling atau tokoh besar lain. Tentunya sebelum mereka berhasil sampai titik puncak saat ini, mereka memiliki mimpi. Mimpi yang benar-benar mereka inginkan. Nah, dari situlah timbul suatu keinginan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Diikuti dengan niat yang sungguh-sungguh, maka bukan hal yang tidak mungkin jika mimpi yang kita inginkan akan dapat kita raih. Mimpi. Percaya atau tidak, setiap orang akan dengan mudah memiliki impian. Entah itu impian yang besar ataupun impian yang dekat dengan dirinya. Hanya saja, tidak semua orang beruntung untuk mewujudkannya. Untuk meraih impian kita, ap...

Jurnal 66: Dibuang Sayang, catatan Peta Ishoyet

Membuat peta ishoyet Langkah-langkah: 1.      Plotkan stasiun wilayah pengamatan, posisi stasiun (termasuk stasiun tetangga terdekat) jumlah curah hujan. 2.     Hubungkan masing-masing stasiun terdekat dengan garis sehingga membentuk bangun ∆ . 3.     Tentukan masing-masing titik curah hujan yang diinginkan berdasarkan interval yang ditetapkan sebelumnya (10, 20, 40, 50 dan 100)dengan menggunakan rumus dibawah ini. α AB    = jarak titik angka yang dicari N       = jarak antara stasiun A ke B NA     = angka curah hujan stasiun A NB      = angka curah hujan stasiun B 4.     Hubungkan masing-masing titik curah hujan yang sama dengan garis (tambahkan arah angin rata-rata wilayah) 5.     Tentukan luas masing-masing wilayah sesuai dengan metode bujur sangkar ...