Kasih Tak Sampai
Padi Band
Indah,
terasa indah
Bila kita
terbuai dalam alunan cinta
Sedapat
mungkin terciptakan rasa
Keinginan
saling memiliki
Namun
bila itu semua
Dapat
terukir dalam satu ikatan cinta
Tak
semudah seperti yang terbayang
Menyatukan
perasaan kita
Reff:
Tetaplah
menjadi bintang dilangit
Agar
cinta kita akan abadi
Biarlah
sinarmu tetap
Menyinari
alam ini
Agar
menjadi saksi cinta kita
Berdua..
Sudah,
terlambat sudah
Ini semua
harus berakhir
Mungkin
inilah jalan yang terbaik
Dan kita
mesti relakan kenyataan ini
Reff
Menjadi
saksi kita berdua
Well, seperti yang lalu, aku
pengen nyeritain kisah seseorang berdasarkan lagu ini. Hmm, kayaknya melankolis
banget kalo kayak lagu itu yaa.. tapi yang jelas, emang itulah kisahnya..
Sepenggal kisah dari orang yang kukenal dekat. Yaa, walaupun nggak tau-tau
amat, seenggaknya aku tahu sebagian dari kisah ini menurut versiku yang
mendengar dari berbagai sumber yang semoga saja dapat di poercaya.
Well, it’s show time.. J
Aku memiliki seorang saudara
dari ayahku. Anggap saja namanya Tities. Aku dan beberapa saudaraku yang lain
yang tentunya lebih muda darinya biasa memanggilnya Mbak Tities. Beberapa dari
kami nggak ragu dan nggak sungkan bilang (asal dibelakang sih, biar doi nggak
marah dengarnya) kalau kami ini lumayan iri dengannya. Dia adalah cucu
perempuan yang paling disayang oleh nenek dan kakekku. Mungkin itu lantarean
dia adalah anak dari bibiku yang memang anak perempuan satu-satunya dari
kakek-nenekku dari pihak ayahku. Tapi setidaknya aku lega karena kalau masalah
pelajaran sekolah, kami tidak kalah dari dia (xixixi, dasar nggak mau kalah,
hehehe).
So, waktu itu aku masih duduk
ya, paling baru kelas empat atau kelas 6 SD, sedangkan dia duduk di bangku SMA,
entahlah di kelas berapa, yang jelas dia masih SMA, satu tingkat di bawah salah
seorang kakak perempuanku. (Sepertinya mereka berdua selalu bersaing sejak
kecil karena di perlakukan secara berbeda oleh kakek dan nenekku, bahkan
dibelakang masing-masing, mereka menjelekkan satu sama lain. Aku yang saat itu
masih kecil, tentu saja hanya mendengarkan tanpa berkomentar, bahkan sering tak
mendengarkan keduanya).
Well, suatu hari, entahlah
hari apa, yang jelas ia bercerita kepada kakakku –yang kebetulan saat itu
sedang bersamaku dan saudaraku lainnya, karena kami memang sering bermain dan
berkumpul bersama- seorang teman lelaki disekolahnya telah menyatakan perasaan
padanya dan mereka telah jadian. Katanya sih, tuh cowok emang handsome plus
tajir. Anggap saja namanya Rudi. Yaah, wajar aja sih, sepupuku yang satu itu
memang cantik dari kecil dan supel. And wajar aja dia nerima tuh cowok kalau
dilihat dari tentang keterangan tuh cowok. Mana idola dikelasnya lagi.
Next day, yang kayaknya itu
hari minggu deh, coz, dia cerita sama kami, bahwa ia kesal dengan pemuda di
kampung kami. “kenapa kesal?” tanyaku yang sok nimbrung padahal saat itu aku
tidak mengerti arah pembicaraan mereka. “semalam Rudi ntu mau kerumah tau,”
ujarnya pada kami… dan kakakku hanya menyeletuk “ciee, ngapel ya..” yang hanya
disambut dengan cengiran malu dari Tities.
Ternyata eh ternyata, saat si
Rudi mau datang kerumahnya, pemuda kampung kami mencegat dan melarangnya
mengunjungi rumah Tities dan memaksa putar balik sehingga otomatis dia tidak
jadi datang kerumah Tities. Yaah, daripada babak belur, mending putar balik
khan? Kenapa bisa bakal babak belur? Tanyaku saat itu. Setelah dipikir-pikir
ternyata karena pemuda kampung kami terkenal kompak dan berani main kasar jika
keinginannya tidak dituruti. Jelas saja Tities kesal akan hal itu. Tidak hanya
sekali hal itu terjadi, kalau tidak salah hitung, mungkin sudah tiga kali hal
itu dilarang. Bahkan yang terakhir kali, si Rudi sempat dipukul sekali. Untung
saja tidak terjadi bentrok antar kampung, karena Rudi memang berasal dari
kampung sebelah. Tapi seingatku, para pemuda dari kedua kampung ini memang
sempat bersitegang dan perang dingin.
Usut punya usut, yaah,
setidaknya sekitar beberapa minggu setelah insiden itu terjadi, ternyata hal
penyegatan yang dilakukan para pemuda dikampungku ini diawali dari si Rudi itu
sendiri. Wajar saja para pemuda kampung kami melarangnya datang. Saat si Rudi
berencana datang kerumah Tities, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam lewat.
Halloo, itu bukan jam bertamu bung! Setidaknya untuk kampung kami yang masih
berstatus desa ini. Dan ternyata para pemuda yang mencegat Rudi adalah para
pemuda yang sedang tugas ronda malam. Hahaha… makanya, kalau mau ngapel jangan
kemalaman. LOL
Tapi sayang, suatu insiden
besar terjadi pada Rudi beberapa sat yang datang. Sepertinya Tities memang
sangat menyukai Rudi dan begitu pula sebaliknya. Kenapa? Karena keduanya sudah
saling memperkenalkan orangtua masing-masing (padahal mereka masih sekolah
lhoo, SMA lagi!).
Well, hari itu sudah sore
ketika aku sedang bermain di lapangan didekat rumahku bersama teman dan
saudaraku. Kebetulan rumah Tities berdampingan dengan lapangan ini, dan dia
saat sore-sore begitu memang sering duduk didepan rumahnya bersama ibunya
sambil petanan. Sedangkan aku dan
teman-temanku asyik bermain layangan dan berlomba adu ketinggian.
Tiba-tiba, dari jalan kecil
dari arah sebelah rumahku, ada dua orang lelaki –seorang sepertinya masih muda
dan seorang lagi adalah bapak-bapak – yang menggunakan peci/kopiah hitam,
datang dengan terburu-buru (soalnya yang lebih muda yang mengikuti pria yang
lebih tua hampir tersungkur saat berjalan dengan langkah yang super lebar), dan
menghampiri Tities dan ibunya. Kelihatannya Tities dan ibunya sangat terkejut
jika dilihat dari ekspresinya dan kecepatannya berganti pakaian dan Tities
langsung ikut kedua orang tadi, sementara ibunya melihat dari luar rumah.
Well, ternyata semua itu
karena insiden yang dialami oleh Rudi sore itu. Si Rudi mengalami kecelakaan
saat pulang dari kota. Padahal saat itu Rudi sudah hampir sampai rumahnya. Dari
arah yang berlawanan ia tertabrak mobil (sampai sekarang aku tidak tahu mobil
apa yang menabraknya karena memang ini kasus tabrak lari). Sebenarnya saat itu
Rudi tidak meninggal ditempat, namun saat perjalanan kerumah sakit is
menghembuskan nafas terakhirnya dia atas mobil bak yang mengantarnya kerumah
sakit. Hmm, kasihan juga dia. Meninggal
saat muda.
Setelah kejadian itu, Tities
sempat tidak mau pacaran dulu untuk beberapa saat. Bahkan kalau dilihat dari
ceritanya mengenai mimpi yang dialaminya –bahwa Rudi mengajaknya pergi dan ia
ikut saja namun meminta turun dari motor besarnya di tengah jalan-, sepertinya
memang masih selalu ingat Rudi. Namun untungnya hal itu tidak membuatnya
terlarut begitu lama.
Well,, Beberapa hari setelah
insiden itu, yaah, setidaknya seminggu setelah itu dia sudah ceria kembali dan
kembali bersaing dengan kakakku kembali mengenai berbagai hal. Ia pernah
berkata padaku saat aku sudah duduk dibangku SMP bahwa terkadang ia masih
mengingat Rudi, karena masa pacaran mereka yang memang masih sangat singkat dan
sedang hangat-hangatnya menjadi perpisahan yang tidak bisa diganggu gugat, jadi
wajar kalau mungkin itu masa pacarannya yang paling manis daripada masa
pacarannya dengan pacar-pacarnya yang lain. Karena aku sangat suka menonton
film-film, jadi kuberitahu padanya tentang hal yang biasa dilakukan di
film-film. Saat ingat dia, lihat saja bintang dilangit, dan anggap saja salah
satunya adalah dia. Bintang itu indah, jika ia salah satu dari bintang itu,
bisa saja saat itu dan seterusnya dia sedang bergembira karena menjadi indah
dan tenang (aiiih,, sok puitis banget ya!! LOL).
Well, mungkin ada benarnya
juga. Semua yang terjadi adalah yang terbaik. So, buat apa terus meratapi.
Menurutku ini salah satu kisah dan pengalaman yang dapat kupelajari tentang
masalan “C” ini. Yaah, kau pasti mengerti kawand.. J
Komentar
Posting Komentar