Hari Bersama
SO7
Hari
telah berganti
Tak bisa
kuhindari
Tibalah
saat ini bertemu dengannya
Jantungku
berdegup cepat
Kaki
bergetar hebat
Akan kah
aku ulangi
Merusak
harinya
Mohon
tuhan
Untuk
kali ini saja
Beri aku
kekuatan
Tuk
menatap matanya
Mohon
tuhan
Untuk
kali ini saja
Lancarkanlah
hariku
Hariku
bersamanya
Hariku
bersamanya
Kau tahu
betapa aku
Lemah
dihadapannya
Kau tahu
berapa lama
Aku
mendambanya
Hmm, ini dia salah satu lagu SO7 yang aku suka. Video
klipnya lucu. Pokoknya fress deh.. emang anak sekolahan banget sih, tapi tetep
aja lucu.. aku suka.. :-D
By the way, kalau ngomongin masalah anak sekolahan, hmm,
aku punya kisah tentang pengalaman yang mirip dengan isi lagu ini. Hihihi,
pokoknya lucu deh. Eits, lagi-lagi ini pengalaman dari orang lain yang
memberikan hiburan dan pelajaran tentunya.
Well, waktu itu aku masih duduk dibangku SMA, yaa,
kira-kira kelas dua gitu. Kebetulan saat itu di kelasku ada 4 anak yang namanya
sama denganku. Well, kalian tahu kalau aku “Dee”, so anggap saja nama temanku
itu D2, D3 dan D4. Well, ini cerita tentang temanku yang D2. Saat baru-baru
masuk kelas 2, kami semua berasal dari kelas yang berbeda. Karena kelas satu
totalnya ada 7 kelas, anggap saja teman yang berasal dari kelas yang sama
denganku saat kelas satu sekitar 30% karena memang mayoritas adalah teman
sekelasku saat duduk di kelas satu.
Well, saat pelajaran biologi dimulai, kami semua dibagi
menjadi beberapa kelompok untuk praktikum. Dan aku satu kelompok dengan D2, dan
dua teman pria ku yang lain. Anggap saja namanya Fad dan RCP. Aku, D2 dan Fad
berasal dari kelas yang sama, sedangkan RCP dari kelas yang berbeda. Setelah
beberapa kali selalu duduk berdekatan berempat saat mata pelajaran biologi saat
itu, akhirnya kami jadi bisa berkomunikasi dengan santai dan tidak kaku karena
ada Fad yang memang sifatnya ramai dan supel. Hanya saja, RCP tidak begitu
welcome dengan kami. Menurutku saat itu dia sedang mempertahankan imagenya yang
cool gitu. So, yah, aku sih maklum saja. Karena memang wajahnya yang mendukung
serta otaknya yang belakangan kuketahui, waw, cerdas boo’. Sampai-sampai dia
ngalahin si juara umum yang selalu bertahan sejak kelas satu. Well, jujur, I
think he is,, wow. Just that. Wajar aja kalau –bisa dibilang- seluruh anak
cewek di sekolah, termasuk para kakak kelas kelepek-kelepek alias naksir
dia. Hihihi.. klise banget ya. Sinetron
gitu, tapi emang beneran lho.. kisah nyata!! LOL
Well, setelah beberapa saat yang menurutku cukup lama,
akhirnya D2, sebagaimana teman-teman dekatku lainnya, mulai curhat padaku. Di
mulai dari praktikum pembedahan unggas (saat itu kami memakai burung dara, aku
kasihan melihat si burung, burung dara khan lucu n cantiiik..), karena dalam
satu kelompok kami bagi tugas berdua-dua, D2 meminta padaku agar aku bertugas
bersama Fad. “Kenapa tuh?” tanyaku saat itu yang memang kurang tangkap mengenai
hal sebenarnya. Maklum, hampir semua murid perempuan dikelasku bersikap sama
terhadap RCP. Bahkan seorang sahabatku, anggap saja namanya Vit,
terang-terangan padaku bahwa dia naksir RCP dan akan menyatakan perasaannya
pada RCP saat studi lapangan nanti yang tentu saja ku sambut dengan cengiran
dan celetukan “masa’ cewek yang ngomong duluan”. Yah, walaupun kata beberapa
orang itu adalah hal klise, tetap saja aku tidak setuju kalau perempuan yang
“nembak” duluan. Kesannya tuh cewek
ngebet banget and gimanaa gitu. Well, itu sih penilaian pribadi aja.
So, saat kutanya kenapa pembagian tugasnya gitu, dia bilang
ada proyek hati nih. Tentu saja aku tertawa mendengarnya. Dan aku hanya
mengangguk tanda mengerti. Hanya saja aku ragu, apa RCP mau? Karena setahuku,
RCP sering kesal ama D2 karena selalu
harus bekerja menyelesaikan tugas 2 kali karena jadi kacau. Sedangkan aku dan
Fad hanya menertawakan mereka jika RCP mulai memasang wajah masam dan lebih
memilih bekerja sendiri atau minta bantuanku, karena tugas Fad memang sering
kali tidak bisa diganggu gugat.
Well, setelah kusetujui, D2 langsung mendekati Fad dan
menyampaikan pembagian tugas untuk kami. “Haah, yakin lo, RCP yang bedah lho,
itu baru kami sembelih burung daranya, yang bedah dia,” tutur Fad dengan
gayanya yang agak kayak perempuan sambil tertawa ngakak. Yep, kami semua tahu
kalau D2 paling nggak mau yang gitu. “Aa? Biasa juga Dee ama lu yang bedah,
rebutan lagi. Kalian aja yang bedah, biar RCP ama gua yang amati serangga and
ngisi tabel,” pinta D2 dengan gaya manjanya. Aku hanya nyengir dan menambahkan
bahwa aku oke – oke aja mau ngamati atau bedah. Bahkan ngamati serangga lebih
menarik minatku karena kerjanya Cuma sedikit dan tidak perlu memakai sarung
tangan karet, karena bisa dilihat saja. Dan aku ber high five dengan Fad
pertanda oke dan kompak. D2 hanya manyun.
Saat praktikum berlangsung, baru satu serangga yang ku
amati, terdengar dari seberang meja suara manja D2 yang terus menjawab ucapan
RCP, tidak mau menyentuh model bedah
dengan alasan tidak membawa sarung tangan karet. Fad menyenggolku dan memberi
kode agar RCP tidak ngambek dan masam lagi seperti praktikum yang lalu, sungguh
buruk.
“D2, pake sarung tangan gua ajalah, aku nggak pake juga
bisa, Cuma nulis doank kok.” Ucapku saat itu.
Bukannya menerima dan langsung memakai untuk membantu RCP, D2 malah
hanya memandangi sarung tangan karet milikku dan burung dara secara bergantian.
“Alah, Dee, lu ajalah yang bantu gua bedah, D2 biar dengan
Fad, nggak enak kalau fad yang ngerjain ini lagi, khan biar gantian,” Celetuk
RCP tanpa menoleh. Aku diam karena melihat D2 memasang wajah masam dan
menyambut sarung tangan karetku. RCP berbalik dan langsung menggapit sarung
tangan itu dengan sikunya dan menjatuhkan kembali ketanganku dan mendorongku
dengan bahunya. Sambil mengangkat bahu, aku memakai kembali sarung tanganku dan
mulai membantu RCP membedah dan memilah-milah organ tubuh unggas malang tersebut.
Dari belakang Fad berteriak memanggil D2 untuk ikut membantunya. Kulihat jelas.
Gawat, D2 bakal marah nih.
Insiden pertama, rencana D2 gagal untuk proyek hatinya.
Well, praktikum selanjutnya kembali, yaitu menghitung
denyut nadi pergerakan pupil mata, gerak refleks dan sebagainya, dan dilabor
kembali. Sayangnya waktu yang diberikan oleh guru kami sangat terbatas plus
laporan yang harus dikumpul hari itu juga. Jadi, lagi-lagi kami membagi tugas.
Fad berlari mengitari labor dan ku hitung denyut nadinya
permenit. D2 memandangi papan yang jaraknya sekitar 15 meter untuk mengetahui
pergerakan pupil mata dan RCP yang mengamati. D2 bilang, dengan melihat mata
seseorang dia akan tahu apakah ia menyukai sebagai seorang “gadis” atau sebagai
“teman” atau biasa saja dalam arti nothing feel. Jadi ia ingin RCP melihat
matanya sehingga menyadari keberadaannya.
Aku dan Fad yang mengetahui itu hanya cekakakan tak henti-henti hingga
hampir keluar air mata. Kasihan D2. Setelah aku dan Fad selesai dengan tugas
kami, kami menghampiri D2 dan RCP untuk
meminta data untuk melengkapi laporan
yang sudah kami berdua buat setengah jalan dan hanya kekurangan data yang
diambil oleh RCP dan D2. Saat melihat keadaan mereka berdua, aku dan Fad
tertawa terbahak-bahak melihat RCP yang terus mengusap lututnya sambil
meringis. D2 sedang ke toilet saat itu karena kram perut. Saat kami tanya
kenapa, ternyata saat menguji gerak refleks dengan memukul lutut, D2
menjatuhkan palu kelutut RCP dan kakinya dan membuat RCP refleks bergerak kebelakang
hingga akhirnya kepalanya terbentur tiang. Lagi-lagi.. batinku yang tidak ku
keluarkan. Aku dan Fad hanya tertawa saja dan meminta data yang telah mereka
ambil. Dengan kesal RCP mengeluh bahwa uji gerak refleks dan pupil mata belum
selesai dilakukan. Kalau gerak refleks kami tahu hanya dengan melihat keadaan
RCP. Tapi gerak pupil mata? Kenapa belum bro?
Olala.. ternyata lagi-lagi D2. Hmm. Saat itu aku yakin,
kalau seperti difilm film, kalau RCP terus merasa kesal karena D2,
ujung-ujungnya bakal jadi. Alasan RCP mereka belum menyelesaikan uji adalah D2
tidak bisa membedakan mana yang pupil dan bagaimana pergerakannya, dan kalau
RCP mencoba menguji matanya, D2 selalu berkedip. Oh no! seruku dan Fad. Again
and again.. well, karena Fad sedang sakit mata, alhasil yang menjadi objek
pengamatan adalah mataku. Sebenarnya aku maunya biar mara RCP aja, tapi bahkan
Fad dan RCP kompak mengatakan mataku lebih jernih dan mudah dilihat pupilnya.
Well, dengan terpaksa aku bersedia. Hanya saja aku merasa tidak enak, selain
terhadap D2, juga terhadap RCP dan diriku sendiri. Karena pengamatan dilakukan
dengan melihat benda yang jauh dan kemudian menatap sang pengamat. Apalagi,
menurutku RCP terlalu lama mengamati, nih orang tahu apa yang diamati atau
nggak sih? Itu yang ada dibatinku saat itu. Bahkan, karena pertama kali saling
menatap antar mata dengannya aku jadi jengah dan gugup. Kalau lebih lama dari
ini, bisa gawat! Batinku setelah selesai bertatapan. Yang jelas, sejak saat
itu, sepertinya D2 menyerah terhadap RCP. Semua Cuma bikin kacau. Hanya itu
yang dikatakan oleh D2.
Well, memang benar sih, sepertinya hari-hari RCP selalu
kacau jika D2 ikut campur didalamnya. Bahkan aku sempat mendengar secara tidak
sengaja dari salah seorang temanku dikelas sebelah yang belakangan kuketahui
sudah mengejar RCP dari tahun pertama, anggap saja namanya Re. Saat aku
melewatinya untuk mengunjungi sohibku, Re mengatakan bahwa setiap D2 ada dekat
RCP, RCP selalu sial dan memperburuk moodnya sehingga sikapnya menjadi jauh
lebih dingin.
Well, menurutku sejak praktikum pengamatan itu dia jadi
lebih dingin dan kaku, bahkan terhadapku. Aku juga heran. Sedangkan D2 tidak segetol sebelumnya dalam
mendekati RCP bahkan sering pura-pura tidak melihatnya. D2 sempat mengatakan
padaku saat ku bertanya. Ternyata dia merasa tidak ada kakuatan lagi untuk
mendekatinya karena segala sesuatu tentangnya jika bersama RCP selalu tidak
lancar. Ngomong-ngomong, aku kasihan
juga sih dengan D2. Tapi, kalau naksir ama idola di sekolah, ya harus siap-siap
patah hati. Betul tidak?. Itulah ceritaku saat ini. Well, see you next post.. J
Komentar
Posting Komentar